Empat huruf yang biasa-biasa saja namun bisa mematahkan logika.
Hati tidak pernah memilih kepada siapa ia diambil alih, yang aku tahu aku jatuh
cinta pada pandangan pertama hingga seterusnya. Pada sebuah keramaian dan kamu
menjadi pusat perhatian sedang aku hanya duduk di pojokkan, menyaksikanmu dari
belakang.
Siapa sangka kamu, orang yang menyatu dalam bayang-bayang gelap
keramaian. Kita pecah dalam perbincangan tentang banyak hal hingga kembali
utuh dalam kata kenyamanan. Segalanya aku lakukan dengan beberapa kali
melakukan penolakan terhadap hatiku sendiri, kamu telah bersamanya dan
seharusnya aku tahu diri. Tapi kenyataannya hanya dengan tatapan tenang luar
biasa pertahananku runtuh seketika.
Bukan salah hati, jika sedikit cinta mampu mengundang rindu
setengah mati. Bukan pula salah hati, jika sedikit cinta kelak menjadi alasan
ada rasa yang tersakiti. Nyatanya, cinta memang Tuhan ciptakan dengan mata yang
buta arah. Bisa menuju siapapun, bisa terjatuh di manapun.
Sebenarnya aku sudah lelah menjatuhkan harapan cinta pada hati
yang salah. Aku juga ingin rasaku berbalas, bukan terus menerus berbatas. Harus
meminta seperti apa lagi, agar hatiku yang kutitipkan padamu, bersedia kau
balas ? Karena setiap kubiarkan perasaan-perasaan ini tinggal, aku takut
lukaku semakin kekal.
Posisiku selalu serba
salah. Di sisi diri, aku tak ingin kau dirangkul oleh orang lain.. Karena
hati ini bisa membahagiakanmu dengan berlipat kali dari yang ia beri. Tapi
disisi hati, aku akan menjadi sangat salah jika berulah dengan merebutmu dari
dia yang mencintaimu amat sangat. Tak mungkin menumpukkan luka dengan sesuka
demi kebahagiaanku semata.
Sewujud cinta tak pernah tahu dengan pasti di mana ia semestinya
berada. Karena bukankah ia tumbuh begitu saja
Saat seperti ini aku ahli mencari siapa yang salah, kali ini
waktu jadi korbannya. Jika saja ia mempertemukan kita lebih dulu sebelum
ada janji yang mempersatu atau setidaknya andai aku tahu ada hati yang mendoakannya
selalu sebelum cinta ini menjadi terlalu. Jika kebahagiaan harus diciptakan
maka bersamamu adalah ketidak mungkinan.
Begitu banyak pertanyaan terjun bebas ke kepalaku tanpa jawaban
yang sejatinya aku tidak tahu. Yang aku tahu aku mencintaimu, tapi akan rumit
dalam realita. Setiap hari aku harus menenangkan rindu yang berteriak mencari
dimana tuannya, karena senyatanya dia tidak diakui siapa-siapa. Kamu bersamanya
sejak kemarin hingga hari ini, sedang aku selalu menjadi sendal jepit yang
meski nyaman namun tak akan pernah digunakan dalam acara-acara peringatan.
Mencintamu itu bukan
penyesalan, namun nyatanya tak ada cinta yang tak ingin diberi balasan.
Yang kuingin kebahagiaan, seperti kala sepasang mataku
menyaksikan kalian berduaan. Yang kuingin kepastian, tentang tarik menarik asa
dan rasa yang seperti tak ada ujungnya. Yang kuingin cinta yang sederhana;
cukup sederhana hingga aku tak perlu meminta apa-apa untuk dapat merasa
bahagia, hingga aku tak perlu merasa kecewa sebab keinginan tak sejalan dengan
kenyataan, hingga aku tahu rasanya dicinta tanpa perlu mengiba.
Biarkan perasaan ini perlahan mengikuti aliran tanpa terlihat
sebagai kesalahan, karena menurutku ini bagian dari pelajaran dalam perjalanan.
Pada siapapun ia takkan mungkin menurut, sampai waktu yang tepat membiarkan ia
menyurut. Meski hati begitu menginginkan, tapi aku tahu batas-batas yang tak bisa
dilewati. Entah siapa yang akan menggesermu dari segala ketetapan-ketetapan
perasaan, tapi aku hanya bisa menyerahkannya pada Tuhan.
Biarkan cinta dan perasaan ini terpendam rapat di hatiku tanpa
ada dari mereka yang tahu. Diam adalh cara terbaik ketika mencintai dia yang telah
mempunyai hati yang tetap. Itu yang terbaik untukku dan dirinya .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar