Pages

Rabu, 14 Oktober 2015

kekasihku kelak


Aku masih membolak balik halaman buku, berharap kutemukan petunjuk tentangmu disitu
Aku masih memutar-mutar knop frekuensi radioku, berharap kudengar penyiar menyebutkan namamu
Aku masih menyusuri taman-taman kota yang membisu, mencari bangku kosong untuk termangu, berharap kau ada disitu, dan mengizinkan aku duduk disampingmu
Aku masih memacu sepeda motorku, menyusuri jalan jalan berdebu, berharap kumelihat jejakmu diantara hingar bingar dan klakson yang saling menderu
Aku terus bertanya, dimana Tuhan menyembunyikanmu?
Kamu
Yang sudah atau belum pernah namanya aku tahu
Mungkin tanpa sadar kita pernah saling berpapasan di jalan
Mungkin aku pernah menatapmu di tempat tertentu atau kau pernah melihatku menunggu sesuatu
Bahkan mungkin aku ternyata sudah mengenalmu!
Aku mungkin sudah tahu segala tentangmu
Aku mungkin pernah berjalan bersamamu
Atau, aku mungkin orang yang akan singgah dan berlabuh di hatimu?
Sekali lagi itu hanya kemungkinan yang bahkan tidak ada satupun makhluk hidup yang benar benar tahu
Kamu
Yang wajahnya kuharap hadir barang sebentar di setiap mimpiku
Aku sering mereka reka seperti apa dirimu
Kadang aku akan tersenyum senyum sendiri membayangkan kita bertemu
Oiya, kamu tidak perlu takut tentang itu
Percayalah, demi Dia yang menciptakan kita berdua, aku tidak pernah mengharap kesempurnaan
Karena aku pun tak sempurna
Lalu mungkin aku akan bertanya
Seperti apa hobimu? Seperti apa orangtuamu? Berapa saudara kandungmu? Apakah kau suka membaca? 
Kamu
Yang akan tetap kucari dimanapun hadirnya dirimu
Sebelum bertamu kamu aku sudah dipertemukan dengan orang orang baik, orang orang hebat, bahkan mungkin realitanya mereka lebih hebat darimu, mereka lebih cantik darimu, mereka lebih baik darimu, tentunya dalam beberapa hal
Tapi sayangnya mereka bukan orang yang tepat untukku
Tapi mungkin merekalah orang yang membentuk aku yang sekarang
Tapi, tidak untuk mengabulkan semua permintaanmu
Atau untuk membenarkan semua perkataanmu
Hanya aku, insya allah akan ada untukmu
Dalam sukamu, dalam dukamu
Menyembuhkan lukamu, meringankan sakitmu, mengobati perihmu
Menghentikan deras aliran air matamu dan melengkungkan kembali senyum mu
Kamu
Aku pasti akan menemukan cara bertemu denganmu
Tunggu aku

Benci Jadi Pihak Ke Tiga

 Aku Benci Pihak Ketiga
By: Rifa Aji Alam kusuma

Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang jatuh cinta dengan kekasih orang lain. Apa setiap jatuh cinta tidak pernah memandang kepada siapa ia akan tertuju? Sungguh, ini sangat menyesakkan. Aku cemburu. Dan ini lebih menyesakkan ketika cemburuku tidak kautanggapi. Lebih pahit ketika tahu aku tidak berhak untuk mengaturmu ini-itu. Harusnya, kamu menghentikan perhatianmu itu. Aku juga salah jatuh cinta dengan kekasih orang. Jadi, siapa yang salah dalam keadaan seperti ini ? Cinta ?
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci menjadi orang yang selalu kamu jadikan pundak hanya disaat kamu sedang lelah menjalani hubungan dengannya. Apa kamu tahu sebabnya aku mau dijadikan pundak olehmu ? Karena aku berharap aku yang akan menggantikan posisinya saat kamu diabaikan. Karena aku takut kehilangan kamu. Kamu tahu ?
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci karena perhatianmu tidak hanya kamu berikan khusus kepadaku. Perhatianmu hanya teralih kepadaku saat ia pergi menghilang tanpa kabar.
Aku benci menjadi pihak ketiga. Maksudku, aku benci memendam rasa kepada kekasih orang lain. Aku benci kamu datang disaat sedih, lalu pergi saat semuanya sudah pulih. Tahukah aku membenci itu ? Ah, kamu tidak pernah tahu karena kamu terlalu sibuk.
Aku benci menjadi pihak ketiga. Karena aku tidak ingin merusak hubungnmu. Aku yang ingin pergi, namun terjerat bayangmu yang semu. Aku bahkan tidak mengerti apa statusku dengan kamu yang kekasih orang. Aku hanya menemuimu lewat tulisan. Apa aku menyakiti kekasihmu ? Sungguh tidak, tapi aku yang kau sakiti diam-diam. Aku terus menunggu, memendam rasa hingga akhirnya kamu putus dengannya. Tapi kapan ? Aku benci kamu pergi saat aku benar-benar butuh.
Aku masih sama, masih benci menjadi pihak ketiga. Aku yang bodoh; masih terus mengejar bayangmu yang tak bisa ku deskripsikan. Mataku pura-pura bahagia, senyumku sengaja kuperlebar karena aku tidak ingin hubunganmu terusik hanya karena perasaanku yang kelewat batas. Aku yang salah; tidak menyadari kepada siapa aku menyimpan rasa. Aku benci menjadi orang ketiga.
Sungguh, jika kamu tahu, aku tidak sebahagia saat melihat hubunganmu makin erat. Aku benci mendengarkan curahanmu, aku benci melihatmu bahagia tidak denganku. Aku juga benci melihatmu menangis karena pengabaian yang ia jeratkan untukmu. Sekarang, aku mengerti bahwa bukan hanya aku yang menjadi pihak ketiga, karena ada dia yang selalu menjadi peran utama yang selalu kau tunggu-tunggu kehadirannya.
Dan lagi, aku yang salah yang tak segera berhenti mencintaimu. Aku terlalu berharap bisa menjadi orang yang kaucari setiap hari-harimu. Aku tidak bisa menjadi siapa-siapa dalam dirimu. Kamu yang tak pernah bisa ku genggam dengan jemari, hanya bisa terangkul dalam doa. Pastinya kamu akan tahu siapa yang akan pergi. Tentu, aku sudah bosan menjadi pihak ketiga. Mungkin, aku terlalu berharap dan pastinya aku akan selalu mendoakan kamu dan hubunganmu. Semoga kamu tahu, aku benci menjadi pihak ketiga