Pages

Sabtu, 12 Juli 2014

Aku Mulai Terbiasa

Tak  akan seperti  "dulu" lagi

tujuh bulan  lebih. Ya, sebulan lebih 5 hari lebih tepatnya sejak kita berhenti berkomunikasi. setidaknya kemarin sempat berkomunikasi untuk aku meminta kepastian hub kita. Sekarang aku
memutuskan untuk menyerah dan membiarkanmu pergi. Sejak aku dan kamu tidak lagi ada kita. Sejak aku memutuskan kamu tak lagi ada di hidupku. Sejak semuanya aku anggap berakhir. Dan mungkin juga begitu menurutmu. Kita sudah berakhir. Tapi, ada yang mengganjal disini. Tak ada kata perpisahan apapun. Baik dariku, maupun dari dirimu sendiri. Senyuman terakhir setelah kita tak lagi berkomunikasi. Saat itu hanya sakit yang ku rasa "kurang ajar sekali. Masih bisa tersenyum seperti itu seakan tidak terjadi apa2" itu yang aku rasa saat itu. Tapi sekarang, aku berharap kau masih bisa tersenyum sama seperti itu kepadaku dan mungkin kini aku yang menganggap tidak terjadi apa2 diantara kita. Aku ingin kita baik2 saja, seperti di mimpiku tentangmu. Walaupun kita, tak lagi menjadi kita yang "dulu"

Aku masih menyayangimu. Ya, masih. Tapi kini aku mulai terbiasa hidup tanpamu. Walau aku belum bisa berhenti membicarakanmu. Walaupun aku masih bisa terpaku lama berdiam diri di depan layar hp ketika BBMku memunculkan wajahmu. Mengamati cukup lama wajahmu disana. Aku rindu.
Kini kau lebih bahagia bersama teman2mu sepertinya. Tak ada lagi aku yang ada di hidupmu. Tak ada lagi aku yang dulu kau panggil aku mas sipit atau sebagainya.
16 November nanti, yang aku harapkan hanya sebuah ucapan darimu. Tidak perlu memberikan kejutan ataupun hadiah. Hanya sebuh ucapan atau mungkin kalau bisa ditambah doa. Tapi hanya ucapanpun tak apa. Semoga kau selalu mendoakanku tanpa ku minta. Aku disini juga selalu mendoakanmu agar kau selalu bahagia.
Aku menyayangimu, aku merindukanmu. setidaknya sampai saat ini itulah yang aku rasa. semoga kedepanya rasa ini masih bisa bertahan.


By : Rifa Aji Alam Kusuma.

Jumat, 11 Juli 2014

luka tanpa sebab

Entah mengapa hati ini luka tanpa bersebab…terasa seperti darah itu mengalir keluar dari lukanya.pedih dan ngilu… tidak pasti cara untuk merawat luka ini… tak mungkin sembuh dan tak mungkin mampu diubati… itulah lukanya seorang aku… luka dilukai… titisan darah lukaku terus menitis… tidak aku nantikan sebarang ubat… kerana seorang aku telah berputus asa…menunggu darah kering sendiri dan terus menutup mata buat selamanya..

Rabu, 09 Juli 2014

Halalam Masa Lalu Ku

Halaman Masa Lalu Ku

Hari ini tak ada yang berbeda, semua masih serba serupa. Aku yang masih mengingat dan menginginkan kita, serta kamu yang masih jauh di mata, namun hatiku belum sanggup mengakhiri semua cerita.
Jika boleh aku ingin meminta, sisakan untukku cintamu itu. jangan percuma kamu berikan pada mereka yang tak lebih menginginkannya dari aku. Jika boleh berjanji untuk waktu yang nantinya akan kita lewati, aku hanya bisa memegang satu janji. Takkan kusia-siakan cintamu, kan kulipat gandakan menjadi sekumpulan rasa pemberi kebahagiaan.
Tapi, sayangnya apa yang kulihat sampai hari ini belum pasti. Inginku masih berupa angan, kamu yang menentukan. Seandainya saja ada beberapa kenangan menyedihkan yang dapat sekejap saja kulupakan. Seandainya saja ada beberapa tangisan yang masih bisa kutahan. Seandainya saja ada perasaan yang bisa kuubah untuk tak lagi mengharap balasan. Karena hati yang selama ini masih kutuju, entah kali ini sedang mengharapkan siapa, entah kali ini sedang memikirkan apa.
Bukan tak pernah aku ingin membuka pintu pada hati yang lain, namun percuma jika kuncinya masih padamu kutitipkan. Bisakah kamu, untuk sekali saja, ajarkan aku caranya melarikan diri dari kenangan? Agar aku paham bahwa kenangan memang hanya boleh dianggap sebagai kenang-kenangan dari masa lalu. Agar aku paham bahwa tak baik mengharapkan untuk terus bersamamu seperti dulu.
Bukannya aku tak pernah mengindar, tapi kamu selalu tiba dan menahanku untuk keluar. Kadang aku heran dengan teka-teki yang Tuhan berikan. Jika memang ujungnya kita tak bersama, mengapa Tuhan masih memberikan temu yang bernyawa membangitkan angan-angan untuk bersatu? Hati sudah terlalu sakit diberikan resep-resep palsu untuk berhenti mencintaimu. Entah siapa yang bisa mengajariku mengentikan rasa itu.
Adakah yang sanggup mengajariku, bagaimana caranya agar tak selalu menyalahkan? Karena menjadi benar pun tak selalu bisa mengubah keadaan.
Kisah kita yang telah lalu mungkin bukan untuk dilupakan, karena sudah berkali-kali kuusahakan. Di benak ini, sudah ada tempat khusus untuknya agar selalu menjadi kenangan terindah. Untuk seterusnya, semoga kedekatan kita tak begitu berubah. Yang aku ingin hanya bisa mengikhlaskan, jika melupakan begitu mustahil dilakukan. Yang aku harap hanya bahagia yang kembali nyata, meski harus dilalui tanpa sebuah ‘kita’. Harus kamu pahami bahwa mencintamu dari jarak sejauh ini, aku tak pernah sekalipun menyesali. Sebab dalam cinta, aku memang pandai memberi. Namun untuk menerima kenyataan, aku harus banyak belajar lagi.
Terkadang aku tersentak dengan berbagai kecewaan dari secuil apa yang kau lakukan. Kamu tak pernah tahu bukan? Dan aku tak ingin menyalahkanmu atas ketidaktahuanmu. Karena beginilah kita, selalu diisi oleh tanpa yang melahirkan hampa. Beginilah kita, mungkin lebih baik berpecah jadi dua yang tak saling mengusik. Aku benci dengan segala fakta-fakta itu. Fakta bahwa bukan aku sosok yang nantinya akan melengkapimu. Tapi mana bisa aku memanjati dan berlari dari kenyataan yang sudah dihidangi? Aku harus menerima bahagia yang dikirimi sesuai porsi, meski pindah ke lain hati adalah salah satu hal yang sulit terbayangi oleh diri.
Sekarang aku mengerti, bahwa kita yang dulu kini telah berubah. Walau masih belum mampu aku untuk tak mengenang segala kisah yang telah berlalu dengan indah. Entah di mana kamu temukan rumahmu, aku masih saja menunggu bersama khayalan semu. Aku masih saja berharap, bahwa suatu hari nanti kita akan bersama lagi. Aku masih saja ingin, menjadi kita yang sudahlah tidak mungkin. Aku masih saja menanti, padahal segala mimpi-mimpi hanyalah akan menjadi mimpi.
Mungkin memang pada akhirnya harus begini. Kita dipertemukan, diberi kesempatan saling membuat sebanyak mungkin kenangan, lalu dipisahkan. Dipisahkan untuk dipertemukan Tuhan dengan yang lebih baik lagi. Sungguh, Aku lelah berandai-andai, maka semoga ini terakhir kalinya aku mengingat kita dengan pahit. Semoga esok aku mampu mulai menulis lagu untuk masa depanku sendiri, bait demi bait.
Aku hanya ingin menjadi yang mengingatmu tanpa ada kesal, tanpa ada sesal, yang ada hanya rasa syukur yang menebal. Aku hanya ingin menjadi yang pernah mencicipi rasanya mencintai tanpa harus dapat kembali. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya laki-laki yang masih bisa bersyukur tanpa mengukur-ukur apa yang seharusnya kau berikan secara teratur.
Setidaknya kau bisa merasa, mana yang seharusnya kau perjuangkan. Aku yang mencintaimu tanpa mengharap imbalan atau sesosok lain yang selalu menyumbang kepahitan.
Terima kasih karena kamu sudah mengajariku bertahan dari rasa-rasa pahitnya cinta. Setidaknya dulu aku tak sedewasa ini.

Maju itu sulit, ketika pikiranmu memaksa sebelah kakimu untuk melangkah, namun hatimu memaksa sebelahnya lagi untuk diam di tempat. tak akan selesai, mustahil ada ujungnya. 
Di sela pertengahan hari, lahirlah kolaborasi baru lagi. Lewat hati, rasa pun diantar oleh kata. Selamat mencicipi para pemerhati.

Kisah Kita

 Kita 

     Dear you ...
     Someone special in mylife  :)  :)


           Mungkin 8 bulan sejak aku mengenalmu. Namun kenapa, kenangan yang telah tercipta saat-saat itu sulit untuk diterima pada akhir dalam kisah. Apa ini yang kebanyakan orang sebut dengan masa lalu dan kenangan yang sulit untuk diulang dan dilupakan ?
            
“Semanis apapun yang namanya kenangan, akan tetap jadi kenangan. Ada dibelakang dan tak dapat diulang!”

             Kamu hanya masa laluku. Seharusnya aku ngucapin “terima kasih” padamu, karena kamu udah membuat moment-moment yang indah, yang hanya akan menjadi sebuah kenangan dalam buku hidupku.

            Mungkin hanya sebentar aku memiliki ikatan denganmu akan tetapi semua sangat berkesan dalam hari-hariku sampai saat ini.

            Kamu, yang dulu menyandang sebagai “Kekasihku” yang mengajariku arti cinta. Dan kamu yang membawaku ke kehidupan yang indah, dan membimbingku dalam menghadapi masalah dunia. kamu juga yang menciptakan kenangan demi kenangan bersamaku karena waktu.


            Namun kenyataan yang harus aku terima dan kuhadapi sekarang, kamu hanyalah sebuah bayangan. Kamu telah berhenti mengajariku arti cinta. Kamu memang “Kekasihku” namun sekarang, ada 1 kata sebelum kata itu, yaitu “Mantan”. Ya.., kamu sekarang adalah “Mantan Kekasihku”

            

            Mungkin saat itu, aku berfikir. Takdir sangatlah kejam, karena takdir-lah kita terpisah. Dan mungkin juga waktu lebih kejam. Karena waktu, segala kenangan indah saat aku dan kamu menjadi kita yang ingin aku ulangi tak dapat terulang oleh waktu.


            “Kamu & aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah. Percaya atau tidak, itulah kenyataannya” 

       
        “Waktu adalah hal yang paling kejam bagi manusia. Waktu bisa berjalan melewati kita tanpa kita tau, apa ia sudah melewati kita ...”

            Namun sekarang, pemikiranku tentang waktu dan takdir yang kejam adalah salah. Kita tidak bisa menyalahkan waktu, karena waktu-lah yang membuat kita bertemu dan melewati semua hal. Dan kita tidak mungkin menyalahkan takdir, karena takdir-lah kita bertemu, dan karena takdir-lah aku dan kamu menjadi kita.

            Namun karena waktu, hal-hal menyenangkan yang kita lalui bersama hanya tinggal menjadi kenangan. Dan karena takdir, aku-kamu yang dulu menjadi kita sekarang hanya ada aku dan kamu. Lalu siapa atau apa yang harus aku salahkan ? Apa kah cinta ? Tapi karena cinta, kenangan dan kita menjadi nyata ~

            Kita menjadi aku dan kamu, karena masa depan. Masa depan yang membuat aku dan kamu saling mengalah dengan cinta. Apa kalian paham maksudnya ? Ijinkan aku menjelaskannya 





Minggu, 06 Juli 2014

"AKU INGIN MELUPAKANMU DENGAN INDAH"

     Aku mulai mencoba hari-hariku yang baru.
Mencoba menutup diri pada yang lain.
Kucoba lebih peka kepada orang orang di sekelilingku.
Aku tak terlalu berusaha untuk melupakanmu.
Aku kan biarkan perasaan itu seperti apa adanya.
Tanpa harus terburu-buru menghapus bayangmu dalam kehidupanku.
Karena aku yakin perlahan bayangmu akan menghilang.
Waktulah yang akan lebih banyak berbicara.
Biarlah seperti itu.
karena sungguh aku ingin melupakanmu dengan indah.
Seindah perasaan ini datang kepadaku.


                                     Untukmu : Yang pernah mengisi hatiku.