Pages

Minggu, 27 April 2014

Menangis Lagi

menangis lagi

Entahlah.
Aku kembali di hadapkan pada kenyataan yang membuatku sedih.
Aku memikirkannya. Aku merindukannya. Aku membutuhkannya.
Semua itu hanya berada di satu pihak. Tidak seimbang. Ibaratkan sebuah timbangan, yang satu semakin berat sementara yang satunya lagi berada di titik 0 kg.
Mencoba melupakannya?
Entahlah. Aku hanya tidak ingin melakukannya. Atau aku tidak bisa. Entahlah. Yang kutahu, rasa ini semakin bertambah dengan seiring berjalannya waktu. Bodoh memang. Terlebih ini hanya sepihak.
Ibaratkan langit dan bumi juga. Dia juga bahkan tidak pernah memberikan harapan. Hanya aku yang terus bertumpu pada sebuah harapan kosong. Menangisi kesedihan yang tidak pernah di mengerti oleh orang-orang disekelilingku, apalagi dirinya.
Aku harus menyerah. Ah, mungkin aku memang sudah menyerah. Hanya saja, aku tetap tidak ingin melupakannya. Tidak ingin dan tidak bisa. Adakah seseorang yang merasakan hal yang sama denganku?
Aku pernah membaca sebuah qoute : Kau membutuhkan waktu sedetik untuk melihatnya. Kau membutuhkan waktu semenit untuk mengenalnya. Kau membutuhkan waktu sejam untuk menyukainya. Kau membutuhkan waktu sehari untuk mencintainya. Dan kau membutuhkan waktu selamanya untuk melupakannya.Selamanya berarti seumur hidupku.
Seumur hidupku berarti aku tidak akan pernah melupakannya sampai detik terakhir aku menghidup oksigen.
Menyakitkan memang. But it’s live. Jadi, benerkah seperti itu yang akan terjadi di masa depan?

Atau mungkinkah takdir akan membiarkan aku dan dia berada di satu     garis lagi? Too much hope

www.facebook.com/rifa.aji.alam.k

So, let it go, ji


Perasaan itu timbul sudah sejak lama.
Akupun tidak mengerti bagaimana mulanya. 
Dan seharusnya, perasaan itu sudah memasuki batas limit. Limit. Limit. 
Apa yang bisa diharapkan dari sebuah rasa yang terpendam? Tidak ada, bukan? Hanya menghasilkan kekecewaan. 
Tetapi ini aku, yang lebih memilih mempertahankannya dan terluka daripada memulai yang baru.
Akupun tidak bisa selamanya seperti itu. 
Takdir itu sudah menjadi ketetapan. 
Jadi, selama dan sepanjang apapun aku menunggu, mengharapkan kebahagiaan dan akhir yang sempurna, 
jika takdirku bukanlah dirinya, maka penantian pun menjadi sia-sia.

"Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, tetapi itu bukan yang terbaik untukmu. Bisa jadi kamu membenci sesuatu,
 tetapi itu justru yang terbaik untukmu."


So, let it go, ji' . You deserve to get happiness :”)